MAKALAH REPRODUKSI
“SPERMATOGENESIS”
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas awal semester studi reproduksi
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3
NAMA NIM
METHA
AFRICAHYUNI 09.1799.15
SEPTI ANDRIA 09.1790.15
HENDRIK GALATAMA 09.1783.15
YULIANA 09.1798.15
DOSEN PEMBIMBING :
DEVITA ROSADI, M.Pd
JURUSAN TARBIYAH PRODI BIOLOGI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
T.A 2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Puji
syukur ke hadirat Alah SWT pencipta segala alam semesta beserta isinya. Karena
atas segala limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai panutan dan ikutan
terbaik bagi umat yang membawa cahaya islam.
Makalah
ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Reproduksi dengan judul “ spermatogenesis“.
Kami menyampaikan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Reproduksi yaitu ibuk Devita Rosadi, M.Pd yang telah membimbing Kami dalam penulisan makalah
ini dan tentunya kepada teman-teman yang banyak membantu hingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kami berharap para
pembaca agar dapat memakluminya. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT,
dan kekurangan adalah milik kita. Oleh karena itu diharapkan bagi para
pembaca dan para pemerhati pendidikan dimohon untuk memberikan kritik dan
sarannya kepada kami demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Wassalamualaikum
Wr. Wb
Bunga Tanjung, 13 Maret 2017
Penulis
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………….i
KATA
PENGHANTAR…………………………………………………...……...ii
DAFTAR
ISI……………………………………………………………..……….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………….………1
B.
Rumusan Masalah……………………………………………………...….2
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Spermatogenesis……....…………………………………...….
B.
Struktur Sperma……………………...…………………………………....
C.
Meiosis I……………………………………………………………….….
D.
Meiosis II…………………………………………………………………
E.
Spermiogenesis……………………………………………………………
F.
Hormon yang berperan dalam
spermatogenesis………………………….
BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA ……………...……………………………………………16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia
berkembang biak atau berreproduksi secara seksual. Reproduksi seksual
melibatkan dua individu yang masing-masing menyumbang satu sel reproduktif
khusus yang disebut gamet, dan bersifat vivipara atau melahirkan.
Gamet jantan
disebut sperma dan gamet betina disebut ovum (sel telur). Sperma berukuran
sangat kecil memiliki bentuk seperti berudu dan motil, artinya dapat bergerak
aktif ke arah sel telur dengan menggerakkan ekornya yang panjang seperti
cambuk. Sedangkan sel telur (ovum) dibentuk dalam ovarium. Ovum berukuran besar
dan nonmotil, mengandung persediaan makanan untuk menunjang perkembangan embrio
yang dihasilkan setelah sel telur dibuahi.
Pembentukan
individu baru dimulai dengan gematogenesis.Gematogenesis adalah pembentukan
telur dan sperma pada kedua induknya. Pembentukan sperma disebut
spermatogenesis dan pembentukan sel telur disebut oogenesis.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
yang dimaksud dengan spermatogenesis ?
2.
Bagaimanakah
struktur dari sperma ?
3.
Bagaimanakah
proses meiosis I ?
4.
Bagaimankah
proses meiosis II ?
5.
Apakah
yang dimaksud dengan spermiogenesis ?
6.
Hormon-hormon
apa saja yang berperan dalam spermatogenesis ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengenal
apa itu spermatogenesis ?
2.
Mengenal
struktur sperma ?
3.
Mengenal
proses meiosis I ?
4.
Mengenal
proses meiosis II ?
5.
Mengenal
apa itu spermatogenesis ?
6.
Mengenal
hormone-horman yang berperan dalam spermatogenesis ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah
proses pembentukan sel sperma yang terjadi di epitelum (tubuli) seminefri
dibawah kontrol hormon gonadothropin dan hipofisis (pituitaria bagian
depan). Tubuli seminefri ini terdiri atas sel setroli dan sel germinalis.
Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogonial,
fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu
13-14 hari (Yuwanta, 2004).
Spermatogenesis adalah proses
pembentukan sel spermatozoa (tunggal : spermatozoon) yang terjadi
di organ kelamin (gonad) jantan, yaitu testis tepatnya di tubulus
seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid
(n) dibentuk di dalam testis melewati
sebuah proses kompleks. Spermatogenesis mencakup pematangan
sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi
sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah
besar sel germinal yang disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia
terletak di dua sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap – tahap perkembangan
tertentu untuk membentuk sperma.
Spermatogenesis merupakan istilah yang dipakai dalam menggambarkan urutan
kejadian pembentukan spermatozoa dari spermatogonium oleh sel spermatogenik.
Berbagai sel spermatogenik menunjukan perbedaan tahapan dalam perkembangan dan
diferensiasi spermatozoa, terletak di antara sel dan di atas sel penunjang (sel
sertoli). Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui
proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma
fungsional.
Baik sel
spermatogenik maupun sel ovum, keduanya berasal dari sel yang sama yang di
sebut PGC atau sel kecambah. Pada awal terbentuknya
suatu individu baru sebelum memiliki bentuk sel gamet yang jelas, belum di ketahui
apakah sel PGC akan menjadi sel spermatogenik atau sel ovum namun seiring
perkembangannya maka sel PGC akan menjadi bentuk sel gamet tertentu. Ini
terjadi karena sel PGC memiliki sifat seperti stemsel hematopoitik yakni sel
yang berkembang menjadi sel penyusun seluruh organ tubuh suatu hewan.
Asal Sel Kelamin Kecambah
(Primordial Germ Cells):
Ø Berasal
dari epiblas
Ø Kemudian
migrasi secara amuboid menuju Kantong Kuning Telur
Ø pada
minggu ke 4-6 migrasi ke dinding tubuh dorsal (bakal gonad)
Ø Sehingga
merangsang pembentukan gonad
Ø Tali
kelamin primitif
Ø Pembengkakan
rigi kelamin
Ø Terbentuk
gonad indiferen
Gambar 1.
spermatogenesis
B.
Struktur Sperma
Sperma sebagian besar terdiri dari:
a. Deoxyribonucleoprotein
Deoxyribonucleoprotein yang
terdapat dalam nucleus yang merupakan kepala dari sperma. Nucleoprotin
dalam inti sperma semua spesies,
terbentuk oleh asam deoxyribonucleus yang terikat pada protein. Akan
tetapi pada spesies-spesies itu nucleoprotein-nucleoprotein-nucleoprotein
tidak identik satu sama lain, melainkan ada perbedaan – perbedaannya yaitu
terutama pada 4 bagian pokok ialah adenine, quinine, oxytosine, dan thymine.
b. Muco-polysaccharide
Muco-polysaccharide yang terikat pada
molekul-molekul protein terdapat di-acrosome,
yaitu bagian pembungkus kepala. Polysaccharide yang terdapat pada acrosome
ini mengandung 4 macam gula – gula yaitu : fucose, suatu methylpentose,
galactose, mannose dan hexosamine. Keempat unsur gula-gula
ini terikat pada protein sehingga member reaksi pada zat warna asam, yaitu PAS
(Periodic Acid Schiff). Fungsi dari muco-polysaccharide yang
terikat pada molekul protein dalam metabolisme sperma tidak diketahui.
c. Plasmogen atau lemak aldehydrogen
Plasmogen atau lemak aldehydrogen
yang terdapat di bagian leher, badan
dan ekor dari sperma, merupakan bahan yang dipergunakan oleh sperma itu untuk
respirasi endogen.
d. Protein
Protein yang menyerupai keratin yang merupakan selubung tipis yang
meliputi seluruh badan, kepala dan ekor sperma. Protein ini banyak mempunyai
ikatan dengan unsure zat tanduk yaitu S (sulfur). Protein ini terutama
banyak terdapat pada membran sel – sel dan fibril – fibrilnya. Mungkin protein
yang mengandung banyak S ini bertanggung jawab terhadap sifat elastisitas
permukaan sel sperma itu.
e. Enzim dan co-enzim
Enzim dan co-enzim. Sperma
mengandung bermacam - macam enzim –enzim dan co-enzim yang
pada umumnya digunakan untuk proses hidrolisis dan oksidasi. Misalnya semua enzim
dan co-enzim yang diperlukan dalam siklus glikolisis ada pada sel
sperma. Sel sperma juga mengandung yaluronidase yang diduga berada dekat
sekali ke permukaan sel, sehingga setiap saat dapat dilepaskan ke medium
sekitarnya (Partodihardjo, Soebadi. 1980).
Ciri
utama spermatozoa adalah motilitas yang digunakan sebagai patokan paling
sederhana dalam penilaian kualitas semen. Persentase spermatozoa motil
(bergerak progresif) dapat digunakan sebagai ukuran kesanggupan untuk membuahi
ovum (SETIADI cit Pamungkas, 2008). Motilitas dipengaruhi oleh umur
sperma, maturasi sperma, penyimpanan energi (ATP), agen aktif, biofisik dan
fisiologik, cairan suspensi dan adanya rangsangan atau hambatan (HAFEZ cit Pamungkas,
2008).
Sperma diproduksi di testis, organ reproduksi pria. Pria mulai
memproduksi sperma saat pubertas (kurang lebih usia 15 tahun), dan sebagian
besar pria mempunyai sperma dewasa sampai usia tua. Sperma diproduksi sebanyak
300 juta per hari, dan mampu bertahan hidup selama 48 jam setelah ditempatkan
di dalam vagina sang wanita. Rata-rata volume air mani untuk setiap ejakulasi
adalah 2.5 sampai 6 ml, dan rata-rata jumlah sperma yang diejakulasikan adalah
40-100 juta per ml.
Spermatozoa masak terdiri
dari :
- Kepala (caput), terdiri
dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma, mengandung inti
(nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada bagian membran
permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut
akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang
berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
- Leher (cervix),
menghubungkan kepala dengan badan.
- Badan (corpus), banyak
mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk
pergerakan sperma.
- Ekor (cauda), berfungsi
untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas deferen dan ductus
ejakulotoris.
Gambar 2. Struktur sperma
C.
Meiosis I
Meiosis
merupakan proses pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel kelamin dari
organisme yang mengadakan reproduksi secara generative atau seksual. Pada
meiosis I terdapat beberapa tahap yakni profase, prometafase, metafase, anafase,
telofase, dan interfase.
1.
Profase
Pada pembelahan
I ini terjadi proses yang ditandai dengan masa profase yang lama dengan
berlangsungnya proses berpasang-pasang kromosom yang homolog dan pertukanran
bahan-bahan heriditer. Pada waktu pembelahan I dapat dibedakan beberapa tahap,
yaitu :
a.
Proleptonema
Proleptonema
merupakan awal profase meiosis. Pada saat ini, kromosom masih tampak sangat
tipis sehingga masih sukar diamati dengan mikroskop cahaya, kecuali untuk
kromosom kelamin kelamin yang agak menonjol.
b.
Leptonema
Pada tahap ini,
kromosom mulai tampak semakin jelas sebagai benang-benang panjang halus dengan
penebalan pada beberapa tempat. Penebalan ini disebabkan adanya kromomer.
Kromosom terdiri atas dua kromatid yang belum dapat dibedakan dengan mikroskop
cahaya
c.
Zygonema
Pada tahap ini,
kromosom homolog akan berpasang-pasangan secara rapi yang berarti bahwa antara
tiap kromomer yang homolog akan berdampingan dengan hanya dipisahkan oleh celah
yang berjarak sekitar 0,2 mikron.
d.
Pachynema
Pasangan
kromosom sudah sempurna yang kemudian diikuti oleh kontraksinya kromosom
sehingga memendek dan tampak lebih tebal. Walaupun pada tahap ini sudah mulai
tampak kromatid, tetapi secara keseluruhan inti sel memilki setengan jumlah
kromosom semula. Namun demikian masing-masing”kromosom” memiliki dua buah
sentromer. Pada tahap ini terjadi pertukaran segmen kromatid dari kromosom
homolog yang disebut “crossing over” (pindah silang).
Pachynema
merupakan tahap yang paling lama dalam profase bahkan dapat berlangsung
berhari-hari, bermingu-mingu, atau bertahun-tahun. sedangkan leptonema dan
zygonema hanya berlangsung beberapa jam saja.
e.
Diplonema
Pada tahap ini
terjadi pemisahan kromosom homolog yang tadinya masing-masing menempel rapat
satu sama lain. Tetapi pemisahan tersebut belum sempurna karena masih terdapat
perlekatan yang disebut chisma yang sekali gus merupan tempat terjadinya
“crossing over”.
Dalam tahap
diplonema ini, kromatik dalam tiap kromosom telah dapat terlihat dengan
mikroskop cahaya.Tahap diplonema ini dapat berlangsung sangat lama, misalnya
saja pada poetus manusia yang berumur lima bulan yang berkelamin perempuan
dalam tubuhnya sudah terbentuk oosit, tetapi berada dalam tahap diplonema yang
tidak berkembang ketahap berikutnya kecuali kalau terjadi ovulasi yang mungkin
berlangsung pada umur dewasa yang masih bertahun-tahun kemudian.
f.
Diakenesis
Pada tahap ini,
kromosom mengalami pemendekan hingga penampilannya lebih jelas lagi. Ternyata
kromosom tersebar diseluruh inti yang sudah tidak menampakkan adanya nucleolus
lagi. Sementara tiu terjadi jerakan khiasmata menjauh sentromer menuju
keujung-ujung kromosom (terminalisasi), sehingga kromosom homolog hanya
berhubungan melalui ujung-ujungnya.
2.
Pfometafase
Kromosom makin jelas tampaknya pada tahap ini karena bergrlungnya
mencapai puncak kepadatan. Selubung inti mulai larut dan terjadi perlekatan
mikro tubuli pada sentromer. Pengamatan dengan mikroskop electron menunjukkan
bahwa pasangan kromosom homolog memiliki empat sentromer, karena setiap
kromatik telah memiliki sentromernya masing-masing, walaupun dua kromatid
bertindak sebagai satu kesatuan fungsional.
3.
Metafase
Pada tahap ini, kromosom tersusun pada bidang ekuator. Penempatan
kromosom ini sebagai akibat “tarikan” melalui masing-masing sentromernya oleh
“spindle fibers”.
4.
Anaphase
Pada tahap anaphase ini, kromatid setiap kromosom homolog yang
masih berdekatan dengan sentromernya, bergerak menuju kutubnya masing-masing
pergerakan kromosom homolog tersebut tergantung pada panjang pendeknya kromosom
bersangkutan. Pergerakan kromosom pendek berlangsung lebih cepat dari pada
kromosom yang lebih panjang.
5.
Telofase
Tahap terakhir
dalam meiosis ini dimulai apabila kromosom-kromosom telah berkumpul pada
masing-masing kutubnya. Kromosom dapat berada dalam keadaan kondensasi (padat)
untuk beberapa saat.
Hasil meiosis
ialah terbentuknya sel dengan inti yang jelas. Pada organisme jantan sel ini
dinamakan spermatosit dan pada jenis betina dinamakan oosit. Beserta apa yang
dinamakan “polar body”
6.
interfase
Sesudah
berakhirnya telofase I,maka sel berada dalam tahap interfase yang tidak
berlangsung lama.berbeda dengan interfase sesudah pembelahan mitosis,pada tahap
interfase ini tidak terjadi replikasi
khromoso,artinya tidak ada tahap S,sehingga intinya tetap haploid.walaupun
demikian dalam setiap khromosom tetap mengandung 2 khromatid.
Gambar 3. Meiosis I
D.
Meiosis II
Secara singkat
dapat di utarakan di sini tahap-tahap yang dilalui dalam pembelahan meiosis II
1.
Profase
II
Tahap ini
dilalui sangat singkat waktunya. Dengan terbentuknya bagnguan ”spindle” dalam
sitoplasmanya menandai dimulainya tahap berikutnya.
2.
Metaphase
Seperti juga
metaphase I maka pada tahap ini kromosom tersusun pada bidang ekuator. Pada
saat ini sentromer berpisah. Jumlah kromosom masih tetap haploid.
3.
Anaphase
Kromatis
akan bergerak menuju kutub-kutub sel
4.
Telofase
Dari sebuah sel
yang mengalami pembelahan meiosis, atau terbentuk 4 buah sel dengan
masing-masing intinya yang mengandug kromosom dengan jumlah separuh jumlah
kromosom aslinya (haploid).
Pada hewan
betina, dari pembelahan meiosis ini, oosit II akan menghasilkan 2 anak sel yang
juga tidak sama ukurannya. Sel yang berukuran besar merupakan ovum matang dan
sel yang berukuran kecil dinamakan “polar body”. Sebagai akibat pembelahan
meosi yang tidak simetris tersebut, maka oosit yang terbentuk akan
dipertahankan tetap besar, sedang polar body yang terbentuk akhirnya mengalami
degenerasi. Pelepasan telur yang dinamakan ovulasi tergantung spesiesnya. Ovula
pada saat-saat yang berbeda akan dilepaskan juga gamet yang berbeda fasenya.
Pada hewan
jantan, spermatozoon mengalami deferensiasi yang berbeda dengan sel telur
setelah inti-intinya menyelesaikan meiosis dengan jumlah kromosom haploid juga.
Spermatosid I yang mengalami meiosis I menghasilkan sprematisid II.
Pada
pembentukan sel telur dan sel mani yang berlangsung melalui pembelahan meiosis
tersebut, hamper 90 % dari seluruh waktu meiosis berlangsung untuk tahap
profase I. dalam tahap profase satu itulah terjadi peristiwa pindah silang.
Gambar
4. Meiosis II
E.
Spermiogenesis
Spermiogenesis
merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu
fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa
empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali,
spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid
mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala
dan ekor.
Bila
spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein
Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon
inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi
FSH dan LH.
Spermatozoa
akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh
kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa
bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air
mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.
Gambar 5. spermiogenesis
F.
Hormon yang berperan dalam spermatogenesis
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi
oleh kerja beberapa hormon, diantaranya :
a. Kelenjar hipofisis
menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating Hormon/ FSH) dan
hormon lutein (Luteinizing Hormon/ LH).
b. LH merangsang sel leydig untuk
menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/
testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
c. FSH merangsang sel Sertoli untuk
menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium
untuk memulai spermatogenesis.
d. Hormon pertumbuhan, secara
khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
Semua proses spermatogenesis
dikontrol oleh sistem endokrin, yaitu oleh hormon gonadothropin seperti
hormon FSH, ICGSH dan androgen. Rangkaian kejadian
pengendalian hormon terhadap spermatogenesis pada sapi jantan adalah
a. Sapi jantan pada waktu pubertas dicapai hormon FSH
mempengaruhi sel Leydig untuk menghasilkan hormon androgen
(hormon jantan).
b. Androgen membuat epitel germinalis
dari tubulus seminifrus bereaksi terhadap FSH.
c. FSH menyebabkan dimulainya spermatogenesis
dengan adanya pembelahan sel di spermatogonia.
d. Spermatogenesis diatur
oleh FSH, LH dan androgen serta estrogen.
e. Androgen terhadap seluruh organ
kelamin jantan membantu mempertahankan kondisi yang optimum terhadap spermatogenesis,
transportasi spermatozoa dan penempatannya di daerah yang terjadi
pembuahan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Spermatogenesis adalah
proses pembentukan sel sperma yang terjadi di epitelum (tubuli) seminefri
dibawah kontrol hormon gonadothropin dan hipofisis (pituitaria bagian
depan). Tubuli seminefri ini terdiri atas sel setroli dan sel germinalis.
Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogonial,
fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu
13-14 hari (Yuwanta, 2004).
Ciri utama spermatozoa adalah motilitas
yang digunakan sebagai patokan paling sederhana dalam penilaian kualitas semen.
Persentase spermatozoa motil (bergerak progresif) dapat digunakan
sebagai ukuran kesanggupan untuk membuahi ovum (SETIADI cit Pamungkas,
2008). Motilitas dipengaruhi oleh umur sperma, maturasi sperma, penyimpanan
energi (ATP), agen aktif, biofisik dan fisiologik, cairan suspensi dan adanya
rangsangan atau hambatan (HAFEZ cit Pamungkas, 2008).
Meiosis merupakan proses pembelahan
sel yang terjadi pada sel-sel kelamin dari organisme yang mengadakan reproduksi
secara generative atau seksual.
Spermiogenesis
merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu
fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa
empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali,
spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid
mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala
dan ekor.
B.
Saran
Mungkin inilah
yang diwacanakan pada penulisan kali ini, meskipun penulisan ini jauh dari kata
sempurna, minimal kita bisa mengimplementasikan tulisan ini. Mungkin masih
banyak kesalahan dari penulisan makalah ini, karena saya adalah manusia yang
tempatnya salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan
kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan
yang lebih baik dari masa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim
Wildan. 1990. Reproduksi dan embriolog, Bandung: Tarsito
Campbell.
2002. Biologi. Jakarta: Erlangga
Subowo.
1995. Biologi sel. Bandung: Angkasa
Kimball.
2000. Biologi. Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar