Minggu, 26 Maret 2017

makalah spermatogenesis

MAKALAH REPRODUKSI
                                            SPERMATOGENESIS
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas awal semester studi reproduksi
 
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3
                                    NAMA                                        NIM
METHA AFRICAHYUNI              09.1799.15
SEPTI ANDRIA                               09.1790.15
HENDRIK GALATAMA               09.1783.15
YULIANA                                         09.1798.15
DOSEN PEMBIMBING :
DEVITA ROSADI, M.Pd

JURUSAN TARBIYAH PRODI BIOLOGI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
T.A 2017

KATA PENGANTAR


 Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur ke hadirat Alah SWT pencipta segala alam semesta beserta isinya. Karena atas segala limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga  kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan  kepada Nabi Muhammad SAW sebagai panutan dan ikutan terbaik bagi umat yang membawa cahaya islam.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Reproduksi dengan judul spermatogenesis.
Kami menyampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah Reproduksi yaitu ibuk Devita Rosadi, M.Pd yang telah membimbing Kami dalam penulisan makalah ini dan tentunya kepada teman-teman yang banyak membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kami berharap para pembaca agar dapat memakluminya. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT, dan kekurangan adalah milik kita. Oleh karena itu diharapkan bagi para pembaca  dan para pemerhati pendidikan dimohon untuk memberikan kritik dan sarannya kepada kami demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb
                                                                                   
Bunga Tanjung, 13 Maret 2017

                                                                                                            Penulis





DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………….i
KATA PENGHANTAR…………………………………………………...……...ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………..……….iii
BAB I PENDAHULUAN                                     
A.    Latar Belakang…………………………………………………….………1
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………...….2
C.     Tujuan Penulisan………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Spermatogenesis……....…………………………………...….
B.     Struktur Sperma……………………...…………………………………....
C.     Meiosis I………………………………………………………………..
D.    Meiosis II…………………………………………………………………
E.     Spermiogenesis……………………………………………………………
F.      Hormon yang berperan dalam spermatogenesis………………………….
BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA ……………...……………………………………………16



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia berkembang biak atau berreproduksi secara seksual. Reproduksi seksual melibatkan dua individu yang masing-masing menyumbang satu sel reproduktif khusus yang disebut gamet, dan bersifat vivipara atau melahirkan.
Gamet jantan disebut sperma dan gamet betina disebut ovum (sel telur). Sperma berukuran sangat kecil memiliki bentuk seperti berudu dan motil, artinya dapat bergerak aktif ke arah sel telur dengan menggerakkan ekornya yang panjang seperti cambuk. Sedangkan sel telur (ovum) dibentuk dalam ovarium. Ovum berukuran besar dan nonmotil, mengandung persediaan makanan untuk menunjang perkembangan embrio yang dihasilkan setelah sel telur dibuahi.
Pembentukan individu baru dimulai dengan gematogenesis.Gematogenesis adalah pembentukan telur dan sperma pada kedua induknya. Pembentukan sperma disebut spermatogenesis dan pembentukan sel telur disebut oogenesis.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan spermatogenesis ?
2.      Bagaimanakah struktur dari sperma ?
3.      Bagaimanakah proses meiosis I ?
4.      Bagaimankah proses meiosis II ?
5.      Apakah yang dimaksud dengan spermiogenesis ?
6.      Hormon-hormon apa saja yang berperan dalam spermatogenesis ?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengenal apa itu spermatogenesis ?
2.      Mengenal struktur sperma ?
3.      Mengenal proses meiosis I ?
4.      Mengenal proses meiosis II ?
5.      Mengenal apa itu spermatogenesis ?
6.      Mengenal hormone-horman yang berperan dalam spermatogenesis ?



















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Spermatogenesis
Spermatogenesis  adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di epitelum (tubuli) seminefri dibawah kontrol hormon gonadothropin dan hipofisis (pituitaria bagian depan). Tubuli seminefri ini terdiri atas sel setroli dan sel germinalis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogonial, fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 13-14 hari (Yuwanta, 2004).
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal : spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan, yaitu testis tepatnya di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati  sebuah proses kompleks. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap – tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Spermatogenesis merupakan istilah yang dipakai dalam menggambarkan urutan kejadian pembentukan spermatozoa dari spermatogonium oleh sel spermatogenik. Berbagai sel spermatogenik menunjukan perbedaan tahapan dalam perkembangan dan diferensiasi spermatozoa, terletak di antara sel dan di atas sel penunjang (sel sertoli). Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional.
Baik sel spermatogenik maupun sel ovum, keduanya berasal dari sel yang sama yang di sebut  PGC  atau sel kecambah. Pada awal terbentuknya suatu individu baru sebelum memiliki bentuk sel gamet yang jelas, belum di ketahui apakah sel PGC akan menjadi sel spermatogenik atau sel ovum namun seiring perkembangannya maka sel PGC akan menjadi bentuk sel gamet tertentu. Ini terjadi karena sel PGC memiliki sifat seperti stemsel hematopoitik yakni sel yang berkembang menjadi sel penyusun seluruh organ tubuh suatu hewan.
Asal Sel Kelamin Kecambah (Primordial Germ Cells):
Ø  Berasal dari epiblas
Ø  Kemudian migrasi secara amuboid menuju Kantong Kuning Telur
Ø  pada minggu ke 4-6 migrasi ke dinding tubuh dorsal (bakal gonad)
Ø  Sehingga merangsang pembentukan gonad
Ø  Tali kelamin primitif
Ø  Pembengkakan rigi kelamin
Ø  Terbentuk gonad indiferen
Gambar 1. spermatogenesis
B.   Struktur Sperma
Sperma sebagian besar terdiri dari:
a.    Deoxyribonucleoprotein
Deoxyribonucleoprotein yang terdapat dalam nucleus yang merupakan kepala dari sperma. Nucleoprotin dalam inti  sperma semua spesies, terbentuk oleh asam deoxyribonucleus yang terikat pada protein. Akan tetapi pada spesies-spesies itu nucleoprotein-nucleoprotein-nucleoprotein tidak identik satu sama lain, melainkan ada perbedaan – perbedaannya yaitu terutama pada 4 bagian pokok ialah adenine, quinine, oxytosine, dan thymine.
b.  Muco-polysaccharide
Muco-polysaccharide yang terikat pada molekul-molekul  protein terdapat di-acrosome, yaitu bagian pembungkus kepala. Polysaccharide yang terdapat pada acrosome ini mengandung 4 macam gula – gula yaitu : fucose, suatu methylpentose, galactose, mannose dan hexosamine. Keempat unsur gula-gula ini terikat pada protein sehingga member reaksi pada zat warna asam, yaitu PAS (Periodic Acid Schiff). Fungsi dari muco-polysaccharide yang terikat pada molekul protein dalam metabolisme sperma tidak diketahui.
c.  Plasmogen atau lemak aldehydrogen
Plasmogen atau lemak aldehydrogen yang terdapat di bagian leher,   badan dan ekor dari sperma, merupakan bahan yang dipergunakan oleh sperma itu untuk respirasi endogen.
d. Protein
Protein yang menyerupai keratin yang merupakan selubung tipis yang meliputi seluruh badan, kepala dan ekor sperma. Protein ini banyak mempunyai ikatan dengan unsure zat tanduk yaitu S (sulfur). Protein ini terutama banyak terdapat pada membran sel – sel dan fibril – fibrilnya. Mungkin protein yang mengandung banyak S ini bertanggung jawab terhadap sifat elastisitas permukaan sel sperma itu.
e.  Enzim dan co-enzim
Enzim dan co-enzim. Sperma mengandung bermacam - macam enzimenzim dan co-enzim yang pada umumnya digunakan untuk proses hidrolisis dan oksidasi. Misalnya semua enzim dan co-enzim yang diperlukan dalam siklus glikolisis ada pada sel sperma. Sel sperma juga mengandung yaluronidase yang diduga berada dekat sekali ke permukaan sel, sehingga setiap saat dapat dilepaskan ke medium sekitarnya (Partodihardjo, Soebadi. 1980).
         Ciri utama spermatozoa adalah motilitas yang digunakan sebagai patokan paling sederhana dalam penilaian kualitas semen. Persentase spermatozoa motil (bergerak progresif) dapat digunakan sebagai ukuran kesanggupan untuk membuahi ovum (SETIADI cit Pamungkas, 2008). Motilitas dipengaruhi oleh umur sperma, maturasi sperma, penyimpanan energi (ATP), agen aktif, biofisik dan fisiologik, cairan suspensi dan adanya rangsangan atau hambatan (HAFEZ cit Pamungkas, 2008).
         Sperma diproduksi di testis, organ reproduksi pria. Pria mulai memproduksi sperma saat pubertas (kurang lebih usia 15 tahun), dan sebagian besar pria mempunyai sperma dewasa sampai usia tua. Sperma diproduksi sebanyak 300 juta per hari, dan mampu bertahan hidup selama 48 jam setelah ditempatkan di dalam vagina sang wanita. Rata-rata volume air mani untuk setiap ejakulasi adalah 2.5 sampai 6 ml, dan rata-rata jumlah sperma yang diejakulasikan adalah 40-100 juta per ml.
Spermatozoa masak terdiri dari :
  1. Kepala (caput), terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma, mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
  2. Leher (cervix), menghubungkan kepala dengan badan.
  3. Badan (corpus), banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.
  4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas deferen dan ductus ejakulotoris.
Gambar 2. Struktur sperma

C.       Meiosis I
Meiosis merupakan proses pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel kelamin dari organisme yang mengadakan reproduksi secara generative atau seksual. Pada meiosis I terdapat beberapa tahap yakni profase, prometafase, metafase, anafase, telofase, dan interfase.
1.         Profase
Pada pembelahan I ini terjadi proses yang ditandai dengan masa profase yang lama dengan berlangsungnya proses berpasang-pasang kromosom yang homolog dan pertukanran bahan-bahan heriditer. Pada waktu pembelahan I dapat dibedakan beberapa tahap, yaitu :
a.       Proleptonema
Proleptonema merupakan awal profase meiosis. Pada saat ini, kromosom masih tampak sangat tipis sehingga masih sukar diamati dengan mikroskop cahaya, kecuali untuk kromosom kelamin kelamin yang agak menonjol.
b.      Leptonema
Pada tahap ini, kromosom mulai tampak semakin jelas sebagai benang-benang panjang halus dengan penebalan pada beberapa tempat. Penebalan ini disebabkan adanya kromomer. Kromosom terdiri atas dua kromatid yang belum dapat dibedakan dengan mikroskop cahaya
c.       Zygonema
Pada tahap ini, kromosom homolog akan berpasang-pasangan secara rapi yang berarti bahwa antara tiap kromomer yang homolog akan berdampingan dengan hanya dipisahkan oleh celah yang berjarak sekitar 0,2 mikron.
d.      Pachynema
Pasangan kromosom sudah sempurna yang kemudian diikuti oleh kontraksinya kromosom sehingga memendek dan tampak lebih tebal. Walaupun pada tahap ini sudah mulai tampak kromatid, tetapi secara keseluruhan inti sel memilki setengan jumlah kromosom semula. Namun demikian masing-masing”kromosom” memiliki dua buah sentromer. Pada tahap ini terjadi pertukaran segmen kromatid dari kromosom homolog yang disebut “crossing over” (pindah silang).
Pachynema merupakan tahap yang paling lama dalam profase bahkan dapat berlangsung berhari-hari, bermingu-mingu, atau bertahun-tahun. sedangkan leptonema dan zygonema hanya berlangsung beberapa jam saja.
e.       Diplonema
Pada tahap ini terjadi pemisahan kromosom homolog yang tadinya masing-masing menempel rapat satu sama lain. Tetapi pemisahan tersebut belum sempurna karena masih terdapat perlekatan yang disebut chisma yang sekali gus merupan tempat terjadinya “crossing over”.
Dalam tahap diplonema ini, kromatik dalam tiap kromosom telah dapat terlihat dengan mikroskop cahaya.Tahap diplonema ini dapat berlangsung sangat lama, misalnya saja pada poetus manusia yang berumur lima bulan yang berkelamin perempuan dalam tubuhnya sudah terbentuk oosit, tetapi berada dalam tahap diplonema yang tidak berkembang ketahap berikutnya kecuali kalau terjadi ovulasi yang mungkin berlangsung pada umur dewasa yang masih bertahun-tahun kemudian.
f.       Diakenesis
Pada tahap ini, kromosom mengalami pemendekan hingga penampilannya lebih jelas lagi. Ternyata kromosom tersebar diseluruh inti yang sudah tidak menampakkan adanya nucleolus lagi. Sementara tiu terjadi jerakan khiasmata menjauh sentromer menuju keujung-ujung kromosom (terminalisasi), sehingga kromosom homolog hanya berhubungan melalui ujung-ujungnya.
2.      Pfometafase
Kromosom makin jelas tampaknya pada tahap ini karena bergrlungnya mencapai puncak kepadatan. Selubung inti mulai larut dan terjadi perlekatan mikro tubuli pada sentromer. Pengamatan dengan mikroskop electron menunjukkan bahwa pasangan kromosom homolog memiliki empat sentromer, karena setiap kromatik telah memiliki sentromernya masing-masing, walaupun dua kromatid bertindak sebagai satu kesatuan fungsional.


3.      Metafase
Pada tahap ini, kromosom tersusun pada bidang ekuator. Penempatan kromosom ini sebagai akibat “tarikan” melalui masing-masing sentromernya oleh “spindle fibers”.
4.      Anaphase
Pada tahap anaphase ini, kromatid setiap kromosom homolog yang masih berdekatan dengan sentromernya, bergerak menuju kutubnya masing-masing pergerakan kromosom homolog tersebut tergantung pada panjang pendeknya kromosom bersangkutan. Pergerakan kromosom pendek berlangsung lebih cepat dari pada kromosom yang lebih panjang.
5.      Telofase
Tahap terakhir dalam meiosis ini dimulai apabila kromosom-kromosom telah berkumpul pada masing-masing kutubnya. Kromosom dapat berada dalam keadaan kondensasi (padat) untuk beberapa saat.
Hasil meiosis ialah terbentuknya sel dengan inti yang jelas. Pada organisme jantan sel ini dinamakan spermatosit dan pada jenis betina dinamakan oosit. Beserta apa yang dinamakan “polar body”
6.      interfase
Sesudah berakhirnya telofase I,maka sel berada dalam tahap interfase yang tidak berlangsung lama.berbeda dengan interfase sesudah pembelahan mitosis,pada tahap interfase ini tidak terjadi  replikasi khromoso,artinya tidak ada tahap S,sehingga intinya tetap haploid.walaupun demikian dalam setiap khromosom tetap mengandung 2 khromatid.
Gambar 3. Meiosis I
D.    Meiosis II
Secara singkat dapat di utarakan di sini tahap-tahap yang dilalui dalam pembelahan meiosis II
1.      Profase II
Tahap ini dilalui sangat singkat waktunya. Dengan terbentuknya bagnguan ”spindle” dalam sitoplasmanya menandai dimulainya tahap berikutnya.
2.      Metaphase
Seperti juga metaphase I maka pada tahap ini kromosom tersusun pada bidang ekuator. Pada saat ini sentromer berpisah. Jumlah kromosom masih tetap haploid.
3.      Anaphase
Kromatis akan bergerak menuju kutub-kutub sel
4.      Telofase
Dari sebuah sel yang mengalami pembelahan meiosis, atau terbentuk 4 buah sel dengan masing-masing intinya yang mengandug kromosom dengan jumlah separuh jumlah kromosom aslinya (haploid).
Pada hewan betina, dari pembelahan meiosis ini, oosit II akan menghasilkan 2 anak sel yang juga tidak sama ukurannya. Sel yang berukuran besar merupakan ovum matang dan sel yang berukuran kecil dinamakan “polar body”. Sebagai akibat pembelahan meosi yang tidak simetris tersebut, maka oosit yang terbentuk akan dipertahankan tetap besar, sedang polar body yang terbentuk akhirnya mengalami degenerasi. Pelepasan telur yang dinamakan ovulasi tergantung spesiesnya. Ovula pada saat-saat yang berbeda akan dilepaskan juga gamet yang berbeda fasenya.
Pada hewan jantan, spermatozoon mengalami deferensiasi yang berbeda dengan sel telur setelah inti-intinya menyelesaikan meiosis dengan jumlah kromosom haploid juga. Spermatosid I yang mengalami meiosis I menghasilkan sprematisid II.
Pada pembentukan sel telur dan sel mani yang berlangsung melalui pembelahan meiosis tersebut, hamper 90 % dari seluruh waktu meiosis berlangsung untuk tahap profase I. dalam tahap profase satu itulah terjadi peristiwa pindah silang.
Gambar 4. Meiosis II
E.     Spermiogenesis
Spermiogenesis merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.
Gambar 5. spermiogenesis
F.     Hormon yang berperan dalam spermatogenesis
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya :
a.    Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle  Stimulating Hormon/ FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon/ LH).
b.    LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/ testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
c.    FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.   
d.    Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
Semua proses spermatogenesis dikontrol oleh sistem endokrin, yaitu oleh hormon gonadothropin seperti hormon FSH, ICGSH dan androgen. Rangkaian kejadian pengendalian hormon terhadap spermatogenesis pada sapi jantan adalah
a.    Sapi jantan pada waktu pubertas dicapai hormon FSH mempengaruhi sel Leydig untuk menghasilkan hormon androgen (hormon jantan).
b.    Androgen membuat epitel germinalis dari tubulus seminifrus bereaksi terhadap FSH.
c.    FSH menyebabkan dimulainya spermatogenesis dengan adanya pembelahan sel di spermatogonia.
d.    Spermatogenesis diatur oleh FSH, LH dan androgen serta estrogen.
e.    Androgen terhadap seluruh organ kelamin jantan membantu mempertahankan kondisi yang optimum terhadap spermatogenesis, transportasi spermatozoa dan penempatannya di daerah yang terjadi pembuahan.












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Spermatogenesis  adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di epitelum (tubuli) seminefri dibawah kontrol hormon gonadothropin dan hipofisis (pituitaria bagian depan). Tubuli seminefri ini terdiri atas sel setroli dan sel germinalis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogonial, fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 13-14 hari (Yuwanta, 2004).
Ciri utama spermatozoa adalah motilitas yang digunakan sebagai patokan paling sederhana dalam penilaian kualitas semen. Persentase spermatozoa motil (bergerak progresif) dapat digunakan sebagai ukuran kesanggupan untuk membuahi ovum (SETIADI cit Pamungkas, 2008). Motilitas dipengaruhi oleh umur sperma, maturasi sperma, penyimpanan energi (ATP), agen aktif, biofisik dan fisiologik, cairan suspensi dan adanya rangsangan atau hambatan (HAFEZ cit Pamungkas, 2008).
Meiosis merupakan proses pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel kelamin dari organisme yang mengadakan reproduksi secara generative atau seksual.
Spermiogenesis merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
B.     Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kali ini, meskipun penulisan ini jauh dari kata sempurna, minimal kita bisa mengimplementasikan tulisan ini. Mungkin masih banyak kesalahan dari penulisan makalah ini, karena saya adalah manusia yang tempatnya salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik dari masa sebelumnya.


















DAFTAR PUSTAKA
Yatim Wildan. 1990. Reproduksi dan embriolog, Bandung: Tarsito
Campbell. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga
Subowo. 1995. Biologi sel. Bandung: Angkasa
Kimball. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar