MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“Pendidik Dalam Proses Belajar Mengajar”
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 9
METHA AFRICAHYUNI (09.1799.15)
MANDARI ELPISAH A. (09.1788.15)
ERMA SULENDRI (09.1805.15)
DOSEN PEMBIMBING :
JURUSAN TARBIYAH PRODI BIOLOGI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
T.A 2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Puji
syukur ke hadirat Alah SWT pencipta segala alam semesta beserta isinya. Karena
atas segala limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW sebagai panutan dan
ikutan terbaik bagi umat yang membawa cahaya islam.
Makalah
ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas psikologi pendidikan dengan judul “
pendidik dalam proses belajar mengajar “
Kami menyampaikan terima kasih kepada Dosen mata
kuliah psikologi pendidikan yang telah membimbing Kami dalam
penulisan makalah ini dan tentunya kepada teman-teman yang banyak membantu
hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kami berharap para
pembaca agar dapat memakluminya. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT,
dan kekurangan adalah milik kita. Oleh karena itu diharapkan bagi para
pembaca dan para pemerhati pendidikan dimohon untuk memberikan kritik dan
sarannya kepada kami demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Wassalamualaikum
Wr. Wb
Bunga Tanjung, 20 April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………….i
KATA
PENGHANTAR…………………………………………………...……...ii
DAFTAR
ISI……………………………………………………………..……….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………….………1
B. Tujuan Penulisan…………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian …………………………………………………...….3
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi…………………………………....8
C. Konsep dasar dalam pembelajaran…………………………….….9
D. Analisa hubungan kepribadian dengan proses pendidikan……………………10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA ……………...……………………………………………16
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar merupakan suatu hal
yang paling vital dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan, sehingga tanpa proses belajar takkan pernah ada pendidikan. Proses
belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri peserta
didik. Belajar dan pembelajaran berhubungan sangat erat karena pembelajaran
merupakan suatu proses yang digunakan dalam pendidikan. Belajar dan pembelajaran
juga terjadi secara bersama-sama dan beriringan. Pembelajaran merupakan suatu
aktifitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang
diarahkan pada tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan pendidikan.
Sebagai calon pendidik kelak yang tidak hanya difungsikan sebagai
staff pengajar, tetapi juga sebagai orang tua kedua bagi peserta didik di
lingkungan sekolah, diharapkan dapat memahami kondisi kejiwaan dan memahami
karakteristik dari peserta didiknya. Hal ini dapat meliputi pemahaman tentang
sikap, sifat, temperament dan watak peserta didik.
Oleh karena itu, calon pendidik seyogia memiliki pemahaman yang
memadai tentang kondisi kejiwaan dan karakteristik peserta didik agar mampu
dapat melangsungkan proses pembelajaran secara kondusif serta memiliki
pemahaman tentang pengaruhnya terhadap proses pembelajaran terhadapa peserta
didik.
B Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memberikan
pemahaman tentang sikap, sifat, temperamen dan watak yang ada pada peserta
didik yang dapat memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran, sehingga
dapat melangsungkan proses pembelajaran itu sesuai dengan kondisi peserta
didik.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Sikap
Di dalam pergaulan sehari-hari kata
“sikap” sering kali digunakan dalam arti yang salah atau kurang tepat.
Sikap atau yang dalam bahasa inggris disebut attitude adalah suatu cara
bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecendrungan untuk bereaksi dengan
cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Bagaimana
reaksi seseorang jika ia terkena sesuatu rangsangan baik mengenai orang,
benda-benda, ataupun situasi-situasi yang mengenai dirinya.
Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu
berbeda. Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000)
mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to
react) secara positif (ravorably) atau secara negatif (untavorably)
terhadap obyek - obyek tertentu. La Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan
sikap sebagai suatu pola perilaku , tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan. Sedangkan menuryt Soetarno (1994), sikap adalah pandangan atau
perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu.
Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek.
Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma
dan lain-lain.
Jalaluddin Rakhmat ( 1992 : 39 ) mengemukakan lima pengertian sikap, yaitu:
1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide,
situasi, atau nilai. Sikap bukan
perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan
cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang,
tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok.
2. Sikap
mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu,
tetapi juga menentukan apakah orang harus
pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan, mengesampingkan apa
yang tidak diinginkan, apa yang
harus dihindari.
3. Sikap lebih
menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik
kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami pembahan.
4. Sikap
mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan atau
tidak menyenangkan.
5. Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu
sikap dapat diperteguh atau diubah.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau
berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi
obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga
memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap
obyek atau situasi.
2.
Sifat
Kata “sifat” (traits) dalam istilah
psikologi, berarti ciri-ciri tingkah laku yang tetap (hampir tetap) pada
seseorang. Untuk mengetahui sifat-sifat seseorang yang sebenarnya, memerlukan
waktu dan proses pergaulan yang lama, disamping pengetahuan psikologi sebagai
dasarnya. Tergesa-gesa menentukan sifat tertentu pada seseorang adalah suatu
perbuatan yang ceroboh dan sering kali menimbulkan salah terka.
Secara sederhana, sifat merupakan
ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor
dari dalam diri seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh, dan cenderung
bersifat tetap/stabil.
3.
Temperament
Menurut Allport: “Temperamen adalah
gejala karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuk juga mudah-tidaknya
terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas
kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan intensitas
suasana hati. Gejala ini bergantung pada faktor konstitusional, dan
karenanya terutama berasal dari keturunan.”
Menurut G. Ewald: “Temperamen adalah konstitusi psikis yang
berhubungan dengan konstitusi jasmani.” Tempramen adalah sifat-sifat jiwa yang sangat erat hubungannya
dengan konstitusi tubuh. Yang dimaksud konstitusi tubuh disini ialah keadaan
jasmani seseorang yang terlihat dalam hal-hal yang khas baginya, seperti
keadaan darah, pekerjaan kelenjar, pencernaan, pusat saraf, dan lain-lain.
Temperamen lebih merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/
tergantung pada konstitusi tubuh. Oleh karena itu temperamen sukar diubah atau
didik; tidak dapat dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati orang yang
bersangkutan. Contohnya si A memiliki kemampuan melawak yang sangat dikagumi,
karena ia memiliki tipe tubuh dan raut muka yang sedemikian rupa, sehingga baru
saja melihat mimiknya orang sudah ingin tertawa.
4. Watak
Watak adalah struktur batin manusia yang tampak pada kelakuan dan perbuatannya,
yang tertentu dan tetap. Ia merupakan ciri khas dari pribadi orang yang
bersangkutan. Allport beranggapan bahwa watak (character) dan kepribadian (personality)
adalah satu dan sama, akan tetapi, dipandang dari segi yang berlainan.
Kalau orang hendak mengadakan penilaian (jadi mengenakan norma), maka
lebih tepat dipakai istilah “watak”; tapi kalau bermaksud menggambarkan
bagaimana adanya (jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat dipakai
istilah “kepribadian.”
I.R. Pedjawijatna mengemukakan: watak atau karakter ialah seluruh
aku yang ternyata dalam tindakannya (insani, jadi dengan pilihan) terlibat
dalam situasi, jadi memang dibawah pengaruh dari pihak bakat, temperamen,
keadaan tubuh, dan lain sebagainya. Selanjutnya ia mengatakan, bahwa watak itu
dapat dipengaruhi dan dididik, tetappi pendikan watak itu tetap merupakan pendidikan
yang amat individual dan tergantung kepada kehendak bebas dari orang yang
dididiknya.
Kerchensteiner mengemukakan sebagai
berikut: “watak ialah keadaan jiwa yang tetap, tempat semua perbuatan, kemauan
ditetapkan/ditentukan oleh prinsip-prinsip yang ada dalam alam kejiwaan.” Jadi
menurut Kerchensteiner watak manusia terbukti dalam kemauan dan perbuatannya.
Kerchensteiner membagi watak manusi menjadi dua bagian, yakni watak biologis
dan watak intelijibel. Watak biologis mengandung nafsu/dorongan insting yang
rendah, yang terikat kepada kejasmanian atau kehidupan biologisnya. Watak
biologis ini tidak dapat diubah dan dididik. Sedangkan watak intelijibel ialah
yang bertalian denga kesadaran dan intilijensi manusia. Watak ini
mengandung fungsi-fungsi jiwa yang tinggi, seperti: kekuatan kemauan, kemauan
membentuk pendapat atau berpikir, kehalusan perasaan, dan Aufwuhlbarkeit (lama
dan dalamnya getaran jiwa), menurut Kerchensteiner watak inilaah yang dapat
diubah dan dididik. Ia menyarankan, bahwa untuk mendidik watak seseorang (anak
didik) dengan baik, didiklah kemauannya, cara berpikirnya, dan kehalusan
perasaannya kearah yang baik.
B.
Faktor –faktor yang Mempengaruhi
1. Sikap
Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui
suatu proses tertentu, yaitu melalui kontak sosial yang berlangsung antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungan
dan lain-lain sekitarnya. Sikap mempunyai peranan yang penting dalam interaksi
manusia. Jadi adanya proses sosialisasi dari individu dalam kehidupan
bermasyarakat itu sebagian besar adalah terdiri atau terbentuk dari sikap-sikap
sosial yang ada pada dirinya. Mengenai pembentukan sikap atau attitude itu
ada beberapa faktor yang turut mempengaruhinya. Faktor-faktor itu yaitu :
a. Faktor Intern
Faktor intern
adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan.
Seseorang tidak dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar melalui
persepsinya. Oleh sebab itu, melalui sekitarnya dia harus memilih stimulus mana
yang akan didekati dan mana yang akan dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh
motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan yang ada pada dirinya. Karena harus
memilih inilah maka seseorang membentuk sikap positif terhadap sesuatu hal dan
menyusun sikap negatif terhadap lainnya.
Dalam hal ini
faktor intern yang terdapat dalam diri manusia yaitu perasaan sebagai suatu hal
yang mempengaruhi sikap. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Robert Ellis,
yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam buku “Psikologi Pendidikan” bahwa yang
memegang peranan penting di dalam sikap ialah faktor perasaan atau emosi.
Dari keterangan
di atas, dapat di mengerti bahwa sikap seseorang itu sangat dipengaruhi oleh
perasaannya, karena seseorang akan bertindak pada mulanya sudah memiliki suatu
rencana dari dalam dirinya baik rencananya dilaksanakan atau tidak namun di
dalam hatinya sudah memiliki kehendak untuk bersikap, untuk menentukan berhasil
atau tidaknya suatu tujuan. Suatu tujuan itu (belajar) akan sangat ditentukan
oleh faktor dari dalam diri seseorang itu.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern
adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu (luar diri
seseorang). Adapun faktor-faktor ekstern yang ikut menentukan sikap itu antara
lain :
1.
Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap
2. Kewibawaan orang yang mengemukakan
sikap
3. Sifat orang-orang atau kelompok
yang mendukung sikap tersebut
4. Media komunikasi yang digunakan
untuk menyampaikan sikap
5. Situasi pada saat sikap itu
terbentuk.
2.
Sifat
Sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri seperti pembawaan, minat,
konstitusi tubuh dan cendrung bersifat tetap/stabil.
a) Pembawaan ialah
seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang
terdapat pada seorang individu dan yang selama masa perkembangannya benar-benar
dapat diwujudkan (direalisasikan). Pembawaan
meliputi pembawaan jenis, pembawaan ras, pembawaan jenis kelamin, pembawaan
individu. Hal ini juga dipengaruhi oeh keturunan dari orang tua.
b)
Minat
Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (syah, 2003) minat
bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
c)
Konstitusi tubuh disini ialah keadaan jasmani seseorang yang terlihat dalam
hal-hal yang khas baginya, seperti keadaan darah, dan sebagainya.
d) Cenderung
bersikap tetap/ stabil
Yaitu
cara individu/ kencederungan dalam memberi respon dan berperilaku terhadap
stimulus yang datang.
3 Temperament
Temperamen lebih merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/
tergantung kepada konstitusi tubuh. Oleh karna itu tempramen sukar diubah atau
dididik; tidak dapat dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati orang yang
bersangkutan.
Temperamen ini turun temurun dan tak dapat diubah oleh
pengaruh-pengaruh dari luar. Temperamen tidak mengalami perkembangan, karena
temperamen tergantung konstelasi hormon-hormon dan keadaan cairan dalam tubuh.
4. Watak
Sartain mengemukakan, bahwa untuk mempelajari tingkah laku atau
watak secara lebih efektif, ahli psikologi hendaknya membedakan dua faktor,
yakni faktor biologis dan faktor kultural. Menurut Sartain, sifat-sifat dan
watak seseorang itu merupakan hasil interaksi antara pembawaan dan lingkungan
orang itu. Jadi yang ditekankan disini bukanlah pembawaan dan bukan pula
lingkungan kulturalnya, melainkan interaksi dari keduanya.
C.
Konsep dasar dalam belajar
1. Sikap
Sikap belajar dapat diartikan
sebagai kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal yang
bersifat akademik. Brown dan Holtzman mengembangkan konsep sikap belajar
melalui dua komponen, yaitu Teacher Approval (TA) dan Education Acceptance
(EA). TA berhubungan dengan pandangan siswa terhadap guru; tingkah laku mereka
di kelas; dan cara mengajar. Adapun EA terdiri atas penerimaan dan penolakan
siswa terhadap tujuan yang akan dicapai; dan materi yang disajikan,
praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan disekolah.
Sikap belajar siswa akan berwujud
dalam bentuk perasaan senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, suka
atau tidak suka terhadap hal-hal di atas. Sikap seperti itu akan berpengaruh terhadap
proses dan hasil belajar yang dicapainya.
2. Sifat
Sifat pada seorang individu merupakan tingkah laku yang tetap
(hampir tetap) pada seseorang. Untuk mengetahui sifat-sifat seseorang yang
sebenarnya, memerlukan waktu dan proses pergaulan yang lama, disamping
pengetahuan psikologi sebagai dasarnya. Tergesa-gesa menentukan sifat tertentu
pada seseorang adalah suatu perbuatan yang ceroboh dan sering kali menimbulkan
salah terka. Dalam proses pembelajaran, anak belajar dipengaruhi oleh keadaan
internal dirinya.
3. Temperament
Kecerdasan siswa juga dipengaruhi oleh tempramen, karena kecerdasan
itu menurut Santrok dalam slavin (1997), aspek mempengaruhi perkembangan itu
adalah keturunan/genetik. Temperamen individu sukar diubah atau dididik, tidak
dapat dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati individu yang bersangkutan.
4. Watak
Sikap, sifat, dan temperamen adalah termasuk kedalam watak. Jadi
ketiganya merupakan komponen-komponen dari pada watak. Dengan demikian, watak
atau karakter mengandung pengertian yang lebih luas, mencakup di dalamnya
pengertian sikap, sifat-sifat, dan temperamen.
Watak dapat dipengaruhi dan didik, tetapi pendidikan watak tetap
merupakan pendidikan yang amat indidual dan tergantung kepada kehendak bebas
dari individu yang didik.
D.
Analisa Hubungan Kepribadian Dengan proses Pendidikan
1 Sikap
Proses belajar sosial terbentuk dari
interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu
terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Peranan pendidikan dalam
pembentukan sikap pada anak-anak didik adalah sangat penting. Menurut Ellis
faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan sikap anak-anak
yang perlu diperhatikan dalam pendidikan ialah: kematangan (maturation),
keadaan fisik anak, pengaruh keluarga, lingkungan sosial, kehidupan sekolah,
bioskop, guru, kurikulum sekolah, dan cara guru mengajar.
Secara umum, objek sikap yang perlu
dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai
berikut.
1.
Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap mata pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik akan
tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan
lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
2.
Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru
akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta
didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
3.
Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap
positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran
mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran
yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil
belajar yang maksimal.
4.
Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi
pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan hidup, peserta didik memiliki sikap
positif terhadap program perlindungan satwa liar dan penghijaun.
2
Sifat
Secara sederhana, sifat merupakan ciri-ciri
tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari
dalam diri seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh, dan cenderung bersifat
tetap/stabil.
Sifat yang ditunjukkan seseorang terhadap lingkungan menyebabkan
respon dari lingkungan atas sifat yang ditunjukkan. Dalam proses pembelajaran,
anak yang memiliki sifat yang positif terhadap proses belajarnya cenderung
lebih mudah mendapatkan hasil yang memuaskan dibandingkan anak yang memiliki
sifat yang negatif. Sifat yang dimiliki anak juga menentukan hasil belajar yang
diperoleh anak kelak. Apabila sifat positif yang ditunjukkan siswa, maka respon
positif juga di dapat dari siswa tersebut dan begitu juga sebaliknya.
3 Temperament
Tempramen adalah gaya-prilaku karakteristik individu dalam merespon
sesuatu yang dipengaruhi oleh konstitusi tubuhnya, misalnya cairan darah. Ada 4
golongan menurut keadaan zat-zat cair yang ada dalam tubuh, yaitu:
a.
Sanguinisi (yang banyak darahnya), sifatnya periang, gembira, optimis, lekas
berubah-ubah stemming-nya.
b. Kolerisi (yang banyak empedu kuningnya),
sifatnya garang, hebat, lekas marah , agresif.
c. Flegmatisi (yang banyak
lendirnya), sifatnya lamban, tenang, tidak mudah berubah.
d. Melankolisi (banyak empedu hitamnya),
sifatnya muram, tidak gembira, pesimistis.
Anak yang memiliki tipe sanguinis misalnya lebih bersemangat dalam
belajar jika dibandingkan anak yang flegmatis. Anak yang melankolis cenderung
lebih menyukai hal-hal yang teortis dibandingkan praktis. Hal ini tentu
berpengaruh terhadap proses belajar anak. Guru di tuntut mampu mengenali anak
sepenuhnya, sehingga dapat membantu perkembangan anak sesuai keadaan dirinya.
Selain itu, Kaitan proses belajar
sangat erat dengan tempramen karana yang mempengaruhi semangat belajar siswa
adalah tempramen. Kecerdasan siswa juga dipengaruhi oleh tempramen, karena
kecerdasan itu menurut Santrok dalam slavin (1997), aspek mempengaruhi
perkembangan itu adalah keturunan/genetik.
4
Watak
Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji perilaku
individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perilaku yang dimaksud adalah
perilaku motorik, perilaku kognitif, dan perilaku afektif. Perilaku motorik
yaitu perilaku dalam bentuk gerakan. Perilaku kognitif ialah perilaku dalam
bentuk bagaimana individu mengeanal alam disekitarnya (kemampuan berpikir).
Perilaku afektif ialah perilaku dalam bentuk perasaan atau emosi.
Dalam proses belajar seseorang dipengaruhi oleh bagaimana keadaan
dirinya, tindakannya, keadaan jiwanya semua itu ikut andil dalam proses
pembelajaran. Watak anak sangat berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Watak
juga menentukan keadaan anak ketika berperilaku dalam proses pembelajaran.
Contohnya : ketika seorang anak yang memiliki kecerdasan intelektual
tinggi, tetapi tidak memanfaatkan kecerdasannya untuk mengembangkan
keterampilannya, ia malas dan tidak peka terhadap lingkungan belajarnya. Hal
ini tentu berdampak terhadap hasil belajarnya.
BAB III PENUTUP
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kondisi kejiwaan dan
karakteristik dari peserta didiknya. Yang meliputi pemahaman tentang sikap,
sifat, temperament dan watak peserta didik.
Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk
bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam
menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu
sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau
negatif terhadap obyek atau situasi.
Sifat merupakan ciri-ciri tingkah
laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri
seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh, dan cenderung bersifat
tetap/stabil.
Temperamen ebih merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/
tergantung pada konstitusi tubuh.Watak adalah struktur batin manusia yang
tampak pada kelakuan dan perbuatannya, yang tertentu dan tetap.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. 2009. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: AR-Ruzz
Media
Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta:
Rajawali pers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar