Sabtu, 11 Maret 2017

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN


       MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN    
  “Pendidik Dalam Proses Belajar Mengajar”


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir semester studi psikologi pendidikan
                      Hasil gambar untuk logo iain kerinci

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 9

METHA AFRICAHYUNI (09.1799.15)
MANDARI ELPISAH A. (09.1788.15)
ERMA SULENDRI (09.1805.15)

DOSEN PEMBIMBING :


JURUSAN TARBIYAH PRODI BIOLOGI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
T.A 2017









KATA PENGANTAR


 Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur ke hadirat Alah SWT pencipta segala alam semesta beserta isinya. Karena atas segala limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga  kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan  kepada Nabi Agung Muhammad SAW sebagai panutan dan ikutan terbaik bagi umat yang membawa cahaya islam.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas psikologi pendidikan dengan judul “ pendidik dalam proses belajar mengajar “
Kami menyampaikan terima kasih kepada Dosen mata kuliah psikologi pendidikan yang telah membimbing Kami dalam penulisan makalah ini dan tentunya kepada teman-teman yang banyak membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kami berharap para pembaca agar dapat memakluminya. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT, dan kekurangan adalah milik kita. Oleh karena itu diharapkan bagi para pembaca  dan para pemerhati pendidikan dimohon untuk memberikan kritik dan sarannya kepada kami demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb
                                                                                   
Bunga Tanjung, 20 April 2016

                                                                                                            Penulis












DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………….i
KATA PENGHANTAR…………………………………………………...……...ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………..……….iii
BAB I PENDAHULUAN                                     
      A.    Latar Belakang…………………………………………………….………1
      B.     Tujuan Penulisan………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
      A. Pengertian    …………………………………………………...….3
      B.   Faktor-faktor yang mempengaruhi…………………………………....8
      C.    Konsep dasar dalam pembelajaran……………………………..9
      D.    Analisa hubungan kepribadian dengan proses pendidikan……………………10

BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA ……………...……………………………………………16
                                                                        BAB I PENDAHULUAN
              A.     Latar Belakang                              
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar merupakan suatu hal yang paling vital dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses belajar takkan pernah ada pendidikan. Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri peserta didik. Belajar dan pembelajaran berhubungan sangat erat karena pembelajaran merupakan suatu proses yang digunakan dalam pendidikan. Belajar dan pembelajaran juga terjadi secara bersama-sama dan beriringan. Pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan pada tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan pendidikan.
Sebagai calon pendidik kelak yang tidak hanya difungsikan sebagai staff pengajar, tetapi juga sebagai orang tua kedua bagi peserta didik di lingkungan sekolah, diharapkan dapat memahami kondisi kejiwaan dan memahami karakteristik dari peserta didiknya. Hal ini dapat meliputi pemahaman tentang sikap, sifat, temperament dan watak peserta didik.
Oleh karena itu, calon pendidik seyogia memiliki pemahaman yang memadai tentang kondisi kejiwaan dan karakteristik peserta didik agar mampu dapat melangsungkan proses pembelajaran secara kondusif serta memiliki pemahaman tentang pengaruhnya terhadap proses pembelajaran terhadapa peserta didik.

   B     Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memberikan pemahaman tentang sikap, sifat, temperamen dan watak yang ada pada peserta didik yang dapat memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran, sehingga dapat melangsungkan proses pembelajaran itu sesuai dengan kondisi peserta didik.


BAB II  PEMBAHASAN
     A.  Pengertian
        1Sikap
Di dalam pergaulan sehari-hari kata “sikap” sering kali digunakan dalam arti yang salah atau kurang tepat.  Sikap atau yang dalam bahasa inggris disebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecendrungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Bagaimana reaksi seseorang jika ia terkena sesuatu rangsangan baik mengenai orang, benda-benda, ataupun situasi-situasi yang mengenai dirinya.
Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu berbeda. Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif  (ravorably) atau secara negatif (untavorably) terhadap obyek - obyek tertentu. La Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku , tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Sedangkan menuryt Soetarno (1994), sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.
Jalaluddin Rakhmat ( 1992 : 39 ) mengemukakan lima pengertian sikap, yaitu:
1.   Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok.
2.   Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari.
3.   Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami pembahan.
4.   Sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.
5.   Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.
       Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
       2. Sifat
Kata “sifat” (traits) dalam istilah psikologi, berarti ciri-ciri tingkah laku yang tetap (hampir tetap) pada seseorang. Untuk mengetahui sifat-sifat seseorang yang sebenarnya, memerlukan waktu dan proses pergaulan yang lama, disamping pengetahuan psikologi sebagai dasarnya. Tergesa-gesa menentukan sifat tertentu pada seseorang adalah suatu perbuatan yang ceroboh dan sering kali menimbulkan salah terka.
Secara sederhana, sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh, dan cenderung bersifat tetap/stabil.
              
         3. Temperament
Menurut Allport: “Temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan.”
Menurut G. Ewald: Temperamen adalah konstitusi psikis yang berhubungan dengan konstitusi jasmani.” Tempramen adalah sifat-sifat jiwa yang sangat erat hubungannya dengan konstitusi tubuh. Yang dimaksud konstitusi tubuh disini ialah keadaan jasmani seseorang yang terlihat dalam hal-hal yang khas baginya, seperti keadaan darah, pekerjaan kelenjar, pencernaan, pusat saraf, dan lain-lain.  
Temperamen lebih merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/ tergantung pada konstitusi tubuh. Oleh karena itu temperamen sukar diubah atau didik; tidak dapat dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati orang yang bersangkutan. Contohnya si A memiliki kemampuan melawak yang sangat dikagumi, karena ia memiliki tipe tubuh dan raut muka yang sedemikian rupa, sehingga baru saja melihat mimiknya orang sudah ingin tertawa.
      4. Watak
            Watak adalah struktur batin manusia yang tampak pada kelakuan dan perbuatannya, yang tertentu dan tetap. Ia merupakan ciri khas dari pribadi orang yang bersangkutan. Allport beranggapan bahwa watak (character) dan kepribadian (personality) adalah satu dan sama, akan tetapi, dipandang dari segi yang berlainan. Kalau orang hendak mengadakan penilaian (jadi mengenakan norma), maka lebih tepat dipakai istilah “watak”; tapi kalau bermaksud menggambarkan bagaimana adanya (jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat dipakai istilah “kepribadian.”
            I.R. Pedjawijatna mengemukakan: watak atau karakter ialah seluruh aku yang ternyata dalam tindakannya (insani, jadi dengan pilihan) terlibat dalam  situasi, jadi memang dibawah pengaruh dari pihak bakat, temperamen, keadaan tubuh, dan lain sebagainya. Selanjutnya ia mengatakan, bahwa watak itu dapat dipengaruhi dan dididik, tetappi pendikan watak itu tetap merupakan pendidikan yang amat individual dan tergantung kepada kehendak bebas dari orang yang dididiknya.
Kerchensteiner mengemukakan sebagai berikut: “watak ialah keadaan jiwa yang tetap, tempat semua perbuatan, kemauan ditetapkan/ditentukan oleh prinsip-prinsip yang ada dalam alam kejiwaan.” Jadi menurut Kerchensteiner watak manusia terbukti dalam kemauan dan perbuatannya. Kerchensteiner membagi watak manusi menjadi dua bagian, yakni watak biologis dan watak intelijibel. Watak biologis mengandung nafsu/dorongan insting yang rendah, yang terikat kepada kejasmanian atau kehidupan biologisnya. Watak biologis ini tidak dapat diubah dan dididik. Sedangkan watak intelijibel ialah yang bertalian denga  kesadaran dan intilijensi manusia. Watak ini mengandung fungsi-fungsi jiwa yang tinggi, seperti: kekuatan kemauan, kemauan membentuk pendapat atau berpikir, kehalusan perasaan, dan Aufwuhlbarkeit (lama dan dalamnya getaran jiwa), menurut Kerchensteiner watak inilaah yang dapat diubah dan dididik. Ia menyarankan, bahwa untuk mendidik watak seseorang (anak didik) dengan baik, didiklah kemauannya, cara berpikirnya, dan kehalusan perasaannya kearah yang baik.
    B.   Faktor –faktor yang Mempengaruhi
                     1.  Sikap
Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui suatu proses tertentu, yaitu melalui kontak sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungan dan lain-lain sekitarnya. Sikap mempunyai peranan yang penting dalam interaksi manusia. Jadi adanya proses sosialisasi dari individu dalam kehidupan bermasyarakat itu sebagian besar adalah terdiri atau terbentuk dari sikap-sikap sosial yang ada pada dirinya. Mengenai pembentukan sikap atau attitude itu ada beberapa faktor yang turut mempengaruhinya. Faktor-faktor itu yaitu :
                         a.      Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan. Seseorang tidak dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar melalui persepsinya. Oleh sebab itu, melalui sekitarnya dia harus memilih stimulus mana yang akan didekati dan mana yang akan dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan yang ada pada dirinya. Karena harus memilih inilah maka seseorang membentuk sikap positif terhadap sesuatu hal dan menyusun sikap negatif terhadap lainnya.
Dalam hal ini faktor intern yang terdapat dalam diri manusia yaitu perasaan sebagai suatu hal yang mempengaruhi sikap. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Robert Ellis, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam buku “Psikologi Pendidikan” bahwa yang memegang peranan penting di dalam sikap ialah faktor perasaan atau emosi.
Dari keterangan di atas, dapat di mengerti bahwa sikap seseorang itu sangat dipengaruhi oleh perasaannya, karena seseorang akan bertindak pada mulanya sudah memiliki suatu rencana dari dalam dirinya baik rencananya dilaksanakan atau tidak namun di dalam hatinya sudah memiliki kehendak untuk bersikap, untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu tujuan. Suatu tujuan itu (belajar) akan sangat ditentukan oleh faktor dari dalam diri seseorang itu.
                       b.      Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang berasal  dari luar individu (luar diri seseorang). Adapun faktor-faktor ekstern yang ikut menentukan sikap itu antara lain :
1.      Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap
2.      Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap
3.      Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
4.      Media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan sikap
5.      Situasi pada saat sikap itu terbentuk.
                  


                   2.   Sifat
               Sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh dan cendrung bersifat tetap/stabil.
a)       Pembawaan ialah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat pada seorang individu dan yang selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan). Pembawaan meliputi pembawaan jenis, pembawaan ras, pembawaan jenis kelamin, pembawaan individu. Hal ini juga dipengaruhi oeh keturunan dari orang tua.
            b)      Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
c)       Konstitusi tubuh disini ialah keadaan jasmani seseorang yang terlihat dalam hal-hal yang khas baginya, seperti keadaan darah, dan sebagainya.
d)      Cenderung bersikap tetap/ stabil
Yaitu cara individu/ kencederungan dalam memberi respon dan berperilaku terhadap stimulus yang datang.

                     3     Temperament
Temperamen lebih merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/ tergantung kepada konstitusi tubuh. Oleh karna itu tempramen sukar diubah atau dididik; tidak dapat dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati orang yang bersangkutan.
Temperamen ini turun temurun dan tak dapat diubah oleh pengaruh-pengaruh dari luar. Temperamen tidak mengalami perkembangan, karena temperamen tergantung konstelasi hormon-hormon dan keadaan cairan dalam tubuh.
                    4.   Watak
Sartain mengemukakan, bahwa untuk mempelajari tingkah laku atau watak secara lebih efektif, ahli psikologi hendaknya membedakan dua faktor, yakni faktor biologis dan faktor kultural. Menurut Sartain, sifat-sifat dan watak seseorang itu merupakan hasil interaksi antara pembawaan dan lingkungan orang itu. Jadi yang ditekankan disini bukanlah pembawaan dan bukan pula lingkungan kulturalnya, melainkan interaksi dari keduanya.

            C.    Konsep dasar dalam belajar
        1.   Sikap
Sikap belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Brown dan Holtzman mengembangkan konsep sikap belajar melalui dua komponen, yaitu Teacher Approval (TA) dan Education Acceptance (EA). TA berhubungan dengan pandangan siswa terhadap guru; tingkah laku mereka di kelas; dan cara mengajar. Adapun EA terdiri atas penerimaan dan penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai; dan  materi yang disajikan, praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan disekolah.
Sikap belajar siswa akan berwujud dalam bentuk perasaan senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal di atas. Sikap seperti itu akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar yang dicapainya.
                      2.   Sifat
Sifat pada seorang individu  merupakan tingkah laku yang tetap (hampir tetap) pada seseorang. Untuk mengetahui sifat-sifat seseorang yang sebenarnya, memerlukan waktu dan proses pergaulan yang lama, disamping pengetahuan psikologi sebagai dasarnya. Tergesa-gesa menentukan sifat tertentu pada seseorang adalah suatu perbuatan yang ceroboh dan sering kali menimbulkan salah terka. Dalam proses pembelajaran, anak belajar dipengaruhi oleh keadaan internal dirinya.
                      3.  Temperament
Kecerdasan siswa juga dipengaruhi oleh tempramen, karena kecerdasan itu menurut Santrok dalam slavin (1997), aspek mempengaruhi perkembangan itu adalah keturunan/genetik. Temperamen individu sukar diubah atau dididik, tidak dapat dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati individu yang bersangkutan.   
        4.   Watak
Sikap, sifat, dan temperamen adalah termasuk kedalam watak. Jadi ketiganya merupakan komponen-komponen dari pada watak. Dengan demikian, watak atau karakter mengandung pengertian yang lebih luas, mencakup di dalamnya pengertian sikap, sifat-sifat, dan temperamen.
Watak dapat dipengaruhi dan didik, tetapi pendidikan watak tetap merupakan pendidikan yang amat indidual dan tergantung kepada kehendak bebas dari individu yang didik.

  D. Analisa Hubungan Kepribadian Dengan proses Pendidikan
     1       Sikap
Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Peranan pendidikan dalam pembentukan sikap pada anak-anak didik adalah sangat penting. Menurut Ellis faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan sikap anak-anak yang perlu diperhatikan dalam pendidikan ialah: kematangan (maturation), keadaan fisik anak, pengaruh keluarga, lingkungan sosial, kehidupan sekolah, bioskop, guru, kurikulum sekolah, dan cara guru mengajar.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut.
1.     Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
2.     Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
3.     Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
4.     Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan hidup, peserta didik memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar dan penghijaun.
    2       Sifat
Secara sederhana, sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh, dan cenderung bersifat tetap/stabil.
Sifat yang ditunjukkan seseorang terhadap lingkungan menyebabkan respon dari lingkungan atas sifat yang ditunjukkan. Dalam proses pembelajaran, anak yang memiliki sifat yang positif terhadap proses belajarnya cenderung lebih mudah mendapatkan hasil yang memuaskan dibandingkan anak yang memiliki sifat yang negatif. Sifat yang dimiliki anak juga menentukan hasil belajar yang diperoleh anak kelak. Apabila sifat positif yang ditunjukkan siswa, maka respon positif juga di dapat dari siswa tersebut dan begitu juga sebaliknya.

  3       Temperament
             Tempramen adalah gaya-prilaku karakteristik individu dalam merespon sesuatu yang dipengaruhi oleh konstitusi tubuhnya, misalnya cairan darah. Ada 4 golongan menurut keadaan zat-zat cair yang ada dalam tubuh, yaitu:
a.      Sanguinisi (yang banyak darahnya), sifatnya periang, gembira, optimis, lekas berubah-ubah      stemming-nya.
               b.     Kolerisi (yang banyak empedu kuningnya), sifatnya garang, hebat, lekas marah , agresif.
               c.      Flegmatisi (yang banyak lendirnya), sifatnya lamban, tenang, tidak mudah berubah.
               d.     Melankolisi (banyak empedu hitamnya), sifatnya muram, tidak gembira, pesimistis.
Anak yang memiliki tipe sanguinis misalnya lebih bersemangat dalam belajar jika dibandingkan anak yang flegmatis. Anak yang melankolis cenderung lebih menyukai hal-hal yang teortis dibandingkan praktis. Hal ini tentu berpengaruh terhadap proses belajar anak. Guru di tuntut mampu mengenali anak sepenuhnya, sehingga dapat membantu perkembangan anak sesuai keadaan dirinya.
Selain itu, Kaitan proses belajar sangat erat dengan tempramen karana yang mempengaruhi semangat belajar siswa adalah tempramen. Kecerdasan siswa juga dipengaruhi oleh tempramen, karena kecerdasan itu menurut Santrok dalam slavin (1997), aspek mempengaruhi perkembangan itu adalah keturunan/genetik.

                 4       Watak
Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perilaku yang dimaksud adalah perilaku motorik, perilaku kognitif, dan perilaku afektif. Perilaku motorik yaitu perilaku dalam bentuk gerakan. Perilaku kognitif ialah perilaku dalam bentuk bagaimana individu mengeanal alam disekitarnya (kemampuan berpikir). Perilaku afektif ialah perilaku dalam bentuk perasaan atau emosi.
Dalam proses belajar seseorang dipengaruhi oleh bagaimana keadaan dirinya, tindakannya, keadaan jiwanya semua itu ikut andil dalam proses pembelajaran. Watak anak sangat berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Watak juga menentukan keadaan anak ketika berperilaku dalam proses pembelajaran.  Contohnya : ketika seorang anak yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi, tetapi tidak memanfaatkan kecerdasannya untuk mengembangkan keterampilannya, ia malas dan tidak peka terhadap lingkungan belajarnya. Hal ini tentu berdampak terhadap hasil belajarnya.
                                                                            

                                                                      BAB III  PENUTUP

            Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kondisi kejiwaan dan karakteristik dari peserta didiknya. Yang meliputi pemahaman tentang sikap, sifat, temperament dan watak peserta didik.
Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh, dan cenderung bersifat tetap/stabil.
Temperamen ebih merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/ tergantung pada konstitusi tubuh.Watak adalah struktur batin manusia yang tampak pada kelakuan dan perbuatannya, yang tertentu dan tetap.



DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin. 2009. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: AR-Ruzz Media
Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali pers




Tidak ada komentar:

Posting Komentar