MAKALAH STRATEGI
PEMBELAJARAN
“PENDEKATAN PEMBELAJARAN”
Makalah ini dipersentasikan dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran
semester 6 lokal A
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2
METHA AFRICAHYUNI 09.1799.15
UTARI ULANDARI 09.1795.15
MAIZA HARDI 09.1786.15
SATRIA WAHYU
09.1782.15
DOSEN PEMBIMBING :
RICI PARISKA, M.Pd
JURUSAN TADRIS
BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan kami semua kekuatan serta
kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Strategi
Pembelajaran yang berjudul “Pendekatan
Dalam Pembelajaran” ini dapat selesai seperti waktu yang telah kami
rencanakan. Tersusunnya karya ilmiah ini tentunya tidak lepas dari peran serta
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Strategi Pembelajaran yang dibimbing oleh Ibu. Rici Fariska, M.Pd. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya. Amin...
Bunga Tanjung , 09 Maret 2018
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan
dalam segala hal. Maka adalah penting untuk meluruskan pandangan yang keliru
dalam menilai anak didik. Untuk itu pendidik perlu menyadari dan
memaklumi bahwasanya anak didik itu merupakan individu dengan segala
perbedaannya sehingga diperlukan beberapa pendekatan dalam proses
belajar mengajar.
Dari latar belakang diatas diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut;
1.
Bagaimana
pengertian pendekatan pembelajaran?
2.
Bagaimana
macam-macam pendekatan pembelajaran?
3.
Bagaimana
tipe-tipe pendekatan pembelajaran?
4.
Bagaimana
pendekatan pembelajaran afektif?
5.
Bagaimana
memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran biologi?
1.
Untuk
mengetahui pengertian pendekatan pembelajaran
2.
Untuk
mengetahui macam-macam pendekatan pembelajaran
3.
Untuk
mengetahui tite-tipe pendekatan pembelajaran
4.
Untuk
mengetahui pendekatan pembelajaran afektif
5.
Untuk
mengetahui pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran biologi?
BAB II PEMBAHASAN
Interaksi dalam pembelajaran adalah bagaimana cara guru dapat meningkatkan
motivasi belajar dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai
oleh guru, bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap siswanya. Dalam sebuah
pembelajaran yang baik guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam
peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha menghidupkan dan memberikan
motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai fasilitator,
guru berusaha memberikan fasilitas yang baik melalui pendekatan-pendekatan yang
dilakukan.
Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar pada
siswa ialah bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan
karakter pembelajaran. Pendekatan (approach) pembelajaran fisika adalah
cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa
beradaptasi dengan sisiwa. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum,
di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1.
Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa(student centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran, dan
2.
Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach),
dimana pada pendekatan jenis
ini guru menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.
1.
Pendekatan Individual
Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung
dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut.
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan
pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini.
Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan
individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan
pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar
anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun
suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
Keuntungan dari pengajaran pendekatan individual yaitu:
a.
Memungkin siswa yang
lama dapat maju menurut kemampuannya masing-masing secara penuh dan tepat,
b.
Mencegah terjadinya
ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata melalui diskusi kelompok,
c.
Mengarahkan perhatian
siswa terhadap hasil belajar perorangan,
d.
Memusatkan pengajaran
terhadap mata ajaran dan pertumbuhan yang bersifat mendidik, bukan kepada
tuntutan-tuntutan guru,
e.
Memberi peluang siswa
untuk maju secara optimal dan mengem bangkan kemampuan yang dimilikinya,
f.
Latihan-latihan tidak
diperlukan bagi anak yang cerdas, karena dapat menimbulkan kebiasaan dan merasa
puas dengan hasil belajar yang ada,
g.
Menumbuhkan hubungan
pribadi yang menyenangkan siswa dan guru,
h.
Memberi kesempatan bagi
para siswa yang pandai untuk melatih inisiatif berbuat yang lebih baik,
i.
Mengurangi hambatan dan
mencegah eliminasi terhadap para siwa yang tergolong lamban.
Sedangkan kelemahan pembelajaran pendekatan individual
sebagai berikut dapat dilihat secara umum dan khusus. Kelemahan secara umum:
a.
Proses pembelajaran
relative memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah bahan yang dihadapi dan
jumlah peserta didik.
b.
Motivasi siswa mungkin
sulit dipertahankan karena perbedaan-perbedaan individual yang dimiliki oleh
peserta didik sehingga dapat membuat beberapa siswa rendah diri/minder dalam
pembelajaran.
c.
Adanya penggunaan
pasangan guru dan siswa dalam manajemen kelas regular secara perorangan,
sehingga terjadi kemungkinan sebagaian peserta didik tidak dapat dikelola
dengan baik.
d.
Guru-guru yang sudah
terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan
pendekatan ini karena menuntut kesabaran dan penguasaan materi secara lebih
luas dan menyeluruh.
2.
Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga
guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan
kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan untuk membina
dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik
adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk
hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa
sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan
rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap
kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik
saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem
dalam mata rantai kehidupansemua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk
hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain,
langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil
bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
3.
Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik
yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan yang bervariasi.
Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada
perbedaan.
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka
pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi
pula. Pendekatan bervariasi
bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik
dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran
dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk
setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat
guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
4.
Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan
pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti
karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti dan sebagainya. Anak didik yang telah
melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas ketika guru sedang
memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hokum dengan cara memukul
badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang tidak
bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sanksi hukum yang salah. Guru
telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang
lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan
kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan
edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai
pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar agar menghargai norma
hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
5.
Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya
memberikan satu atau dua macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata
pelajaran. Dalam prateknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan
dua atau lebih pendekatan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan
sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata
pelajaran. Khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan
keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi
menyatu dengan nilai agama. Tentu sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran agama
yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi,
misalnya, bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan
nya sekarng terletak mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
6.
Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami
gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna
yang diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian
struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat
dan perasaan). Jadi pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang memasukkan
unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna. Misalnya pendekatan dalam
rangka penguasaan bahasa Inggris.
1.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun
1916, yaitu sebagai filosofi
belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) dikembangkan oleh The Washington State Consortium for
Contextual Teaching and Learning, yang bergerak dalam dunia pendidikan di
Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan
kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan
kontekstual di Amerika Serikat melalui Direktorat PLP Depdiknas.
Pendekatan kontekstual lahir karena kesadaran bahwa kelas-kelas di
Indonesia tidak produktif. Sehari-hari kelas-kelas di sekolah diisi dengan
“pemaksaan” terhadap siswa untuk belajar dengan cara menerima dan menghafal.
Harus segera ada pilihan strategi pembelajaran yang lebih berpihak dan
memberdayakan siswa.
Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah
konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak
mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta
atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan.
2.
Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang
lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru
yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada
pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan
dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar
yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan
sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing
dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih
mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih
mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Secara umum yang
disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam
memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang
konstruktivisme, namun terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya
pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir
konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam
pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti
Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme individu).
3.
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang
menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion)
berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang
kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif
sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan
umum ke keadaan khusus, sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan,
prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus.
4.
Pendekatan Induktif
Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang
bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan permasalahan dari
hal-hal yang bersifat khusus. Metode induktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik
kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai
sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif
merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.
5.
Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai
konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi).
Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati
bagaimana konsep itu diperoleh.
6.
Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu
konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan proses adalah pendekatan
yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik
diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih
daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta
didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan
atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang
dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan,
keuletan dalam bekerja dan sebagainya.
7.
Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,
Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep,
keterampilan proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.
Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains
Technology Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE)
atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak
namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai
kegiatan perlu ditonjolkan.
Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains,
teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM
ini adalah menghasilkan peserta
didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan
penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan
sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme,
yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur
kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.
Belajar merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan
yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang
tinggi, yang pada akhirnya akan berguna bagi nusa, bangsa, negara, dan agama.
Melihat perannya yang begitu vital, hendaknya seorang guru menerapkan metode
pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan harapan proses belajar mengajar
akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. Di bawah ini adalah beberapa
metode pembelajaran efektif :
1. Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu
metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik
siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa
dibagi ke dalam beberapa kelompok, misalnya setiap kelompok terdiri dari empat
orang. Dalam kelompok, dua orang siswa mengambil posisi pro dan dua orang
lainnya mengambil posisi kontra melakukan perdebatan tentang topik yang
ditugaskan.
Laporan masing-masing kelompok yang
menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru. kemudian guru
dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua
posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur
debat.
2. Metode Role Playing.
Metode Role Playing adalah suatu
cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa
dengan memerankan tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya
dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
3. Metode Pemecahan Masalah.
Metode pemecahan masalah (problem
solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan
melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau
perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara
bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah
investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
4. Pembelajaran
Berdasarkan Masalah.
Pembelajaran
berdasarkan
masalah memusatkan pada masalah kehidupannya
yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan
dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan
masalah:
a. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat
dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b. Guru membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
c. Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan
masalah.
d. Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu
mereka berbagi tugas dengan temannya.
e. Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan.
5. Cooperative
Script
Cooperative
script adalah metode belajar dimana siswa
bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi
yang dipelajari.
Langkah-langkah:
a. Guru membagi siswa untuk
berpasangan.
b. Guru membagikan wacana / materi tiap
siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang
pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d. Pembicara membacakan ringkasannya
selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang
kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
e. Bertukar peran, semula sebagai
pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di
atas.
f. Kesimpulan guru.
g. Penutup.
6. Picture
and Picture.
Picture and Picture adalah suatu
metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi
urutan yang logis.
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai.
b. Guru Menyajikan
materi sebagai pengantar.
c. Guru menunjukkan / memperlihatkan
gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
d. Guru menunjuk / memanggil siswa
secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang
logis.
e. Guru menanyakan alasan / dasar
pemikiran urutan gambar tersebut.
f. Dari alasan / urutan gambar tersebut
guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai.
g. Kesimpulan / rangkuman.
7. Numbered
Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu
metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok
kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas dan
masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang
benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor
siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
e. Tanggapan dari teman yang lain,
kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f. Kesimpulan.
8. Metode
Investigasi Kelompok (Group Investigation).
Metode investigasi kelompok sering
dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk
dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi.
Langkah-langkah metode investigasi
kelompok:
a. Seleksi topik.
Para siswa
memilih berbagai sub topik
dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh
guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang
berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6
orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun
kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama.
Para siswa
beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan sub topik yang telah dipilih dari langkah pertama.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada
langkah kedua.Pembelajaran
harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas
dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat
di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan
tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi
yang diperoleh pada langkah ketiga dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu
penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua
kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang
telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai
suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok
dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi
tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi
dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Pendekatan Kontekstual
Pengertian pendekatan kontekstual
menurut menurut Depdiknas tahun 2002, adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam penerapannya pembelajaran
ini guru melibatkan ketujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu
kontruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan, dan
penilaian sebenarnya atau authentic assessment.
Dalam konteks lain
pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan
pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah pengetahuan. Melalui
hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran
kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam
membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur
hidup. Dengan demikian pembelajaran kontekstual dapat digunakan jika kita ingin
menjadikan Meaningfull Learning, pembelaaran penuh makna bagi peserta didik
kita.
Pada pelaksanaaan di lapangan
guru dituntut kreatif untuk memilih pembelajaran yang dapat lebih
bermanfaat bagi siswa untuk mepenarapnn sepanjang hidupnya. Sebagai contoh riil
dalam biologi, misalnya dalam pembelajaran sistem respirasi (pernafasan) yang
biasanya digunakan menggunakan respirometer dengan belalang sebagai organisme
yang diuji, ini memang dapat memenuhi tujuan yang hendak dicapai tentang
gas/udara yang terlibat dalam resprasi, namun akan lebih terkait dengan
pada pribadi siswa itu jika kita memilih pembuktian ini dengan
menggunakan udara ekspirasi yang dihembuskan siswa sendiri.
1.
Pendekatan pembelajaran
dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
2.
Macam-macam pendekatan
pembelajaran;
a.
Pendekatan individual
b.
Pendekatan kelompok
c.
Pendekatan edukatif
d.
Pendekatan keagamaan
e.
Pendekatan kebermaknaan
3.
Tipe-tipe pendekatan
pembelajaran;
a. Pendekatan konstektual
b. Pendekatan kontekstivisme
c. Pendekatan deduktif
d. Pendekatan induktif
e. Pendekatan konsep
f. Pendekatan proses
g. Pendekatan sains, teknologi, masyarakat
4.
Belajar merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan
yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang
tinggi, yang pada akhirnya akan berguna bagi nusa, bangsa, negara, dan agama.
Melihat perannya yang begitu vital, hendaknya seorang guru menerapkan metode
pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan harapan proses belajar mengajar
akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. Di bawah ini adalah beberapa
metode pembelajaran efektif :
a. Metode debat
b. Metode Role Playing
c. Metode Pemecahan Masalah
d. Metode berdasarkan masalah
e. Cooperative script
f. Picture and picture
g. Numbered head together
h. Metode investigasi kelompok
5.
Pendekatan
pembelajaran yang sesuai untuk mata pelajaran biologi adalah Pendekatan Kontekstual. Pengertian
pendekatan kontekstual menurut menurut Depdiknas tahun 2002, adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Dengan
pemaparan materi ini penulis berharap dapat berguna bagi pembaca dan semoga
apa-apa saja yang telah pemakalah paparkan dapat dimamfaatkan sebaik mungkin.
Djamarah, Syaiful
Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (suatu
pendekatan teoritis psikologis). Jakarta; Rineka Cipta.
Sagala,
Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung;
Alfabeta
Nugroho, Andy. (2004). Proses Belajar Mengajar. [Online].
Tersedia: http://www.pbmtutik.blogspot.com. [09 Maret 2018].